BAB
II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Menurut WHO, Surveilans adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
diambil tindakan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus menerus dan sistematis
yang kemudian di diseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2,
2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen,
vektor, dan reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang
digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat
maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode
yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan
masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan
masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan pengambil keputusan
untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat
memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer
tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah
outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan,
kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah
terlayani dengan baik (DCP2, 2008). .
Surveilans berbeda dengan pemantauan
(monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa terputus
(kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan
mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan
kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau
diantisipasi,sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan
pengendalian penyakit dengan tepat.
B. PRINSIP
Adapun
prinsip surveilans sebagai berikut :
1. Pengumpulan
data
2. Pengolahan
data
3. Analisis
data
4. Pemberian
umpan balik
5. Pelaporan
6. Evaluasi
C. MACAM-MACAM
Dikenal
beberapa macam surveilans
(1)
Surveilans individu;
(2) Surveilans penyakit;
(3)
Surveilans sindromik;
(4)
Surveilans Berbasis Laboratorium;
(5)
Surveilans terpadu;
(6)
Surveilans kesehatan masyarakat global.
1. Surveilans
Individu
Surveilans individu (individual surveillance)
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan
penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning,
sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional
segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak
dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh
suatu kasus penyakit menular selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah transmisi
penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi
institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS.
Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina
total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular
selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar.
Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan
perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk
mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus
bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di
pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara
terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi
tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan
tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur,
2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance)
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan
insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap
laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus
perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
Di
banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertikal (pusat-daerah).
Contoh, program surveilans tuberkulosis,
program surveilans malaria.
Beberapa
dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit
yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah
kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung
paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi
penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan
memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan
gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik
mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi
yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati
indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala,
tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber,
sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada
level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala
nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses)
berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut,
para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi
kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan
mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis
kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk memonitor
aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen
untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et
al., 2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit
tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada
lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel.
Pelaporan sampel melalui sistem surveilans
sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme danQuade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan
untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit
yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan
deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang
mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance)
menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama,
melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap
memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO,
2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik
pendekatan surveilans terpadu:
1. Memandang
surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
2. Menggunakan
pendekatan solusi majemuk;
3. Menggunakan
pendekatan fungsional, bukan struktural;
4. Melakukan
sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis
data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan
supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya)
5. Mendekatkan
fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan
terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki
kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
6. Surveilans
Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di
abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi
penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi
negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular
merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali
(re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging
diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global
yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).
D. MANFAAT
Manfaat
surveilans sebagai berikut :
1. Memperkirakan
besarnya masalah kesehatan yang penting
2. Sebagai
gambaran perjalanan alami suatu penyakit
3. Sebagai
deteksi KLB
4. Dokumentasi,
distribusi, dan penyebaran peristiwa kesehatan
5. Bermanfaat
untuk epidemiologi dan penelitian laboratorium
6. Untuk
keperluan evaluasi pengendalian dan
pencegahan
7. Sebagai
tool monitoring kegiatan karantina
8. Dapat
memperkiraan perubahan dalam praktek kesehatan, dan sebagai perencanaan
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surveilans adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebaaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil
tindakan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan sistematis
yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2,
2008).
Prinsip surveilans sebagai berikut; pengumpulan
data, Pengolahan data, Analisis data, Pemberian umpan balik, Pelaporan dan Evaluasi.
Beberapa macam surveilans ialah Surveilans individu; Surveilans penyakit; Surveilans
sindromik; Surveilans Berbasis Laboratorium; Surveilans terpadu; Surveilans kesehatan masyarakat global.
Manfaat dari surveilans ialah Memperkirakan
besarnya masalah kesehatan yang penting; Sebagai gambaran perjalanan alami
suatu penyakit; Sebagai deteksi KLB; Dokumentasi, distribusi, dan penyebaran
peristiwa kesehatan; Bermanfaat untuk epidemiologi dan penelitian laboratorium;
Untuk keperluan evaluasi pengendalian
dan pencegahan; Sebagai tool monitoring kegiatan karantina; Dapat memperkiraan
perubahan dalam praktek kesehatan, dan sebagai perencanaan.
B. Saran
Sebagai
seorang bidan harus memiliki pengetahuan yang baik tentang suurveilans dan
mampu mengaplikasikan dalam praktek kebidanan. Seperti saat melakukan diagnosa
penyakit dan perencanaan penanggulangan serta pencegahan penyakit.
Daftar Pustaka
Sulistyaningsih.
2011. Epidemiologi Dalam Praktik
Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
NN, “Kegiatan dan Ruang
Lingkup Surveilans Epidemiologi”.
Mulyanti, Sri. 2011. Surveilans Kesmas. Tersedia pada web: http://bidansrimulyanti.blogspot.com/2011/04/surveilans-kesmas.html
Nur Nasry Noor. Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. FKM.
Unhas.
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans
Epidermiologi Sebuah Pengantar. FKM-UNHAS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar